Kepemimpinan Indah Dhamayanti Putri (IDP) yang merupakan Bupati wanita Pertama di NTB, tidak perlu diragukan lagi. Sebagai sosok asli Bima, kekuatan wanita yang akrab disapa Umi Dinda ini, akan kokoh sesuai kultur masyarakat setempat yang memiliki prideness (Dou Ndai) terhadap putra daerah mereka yang akan berkontestasi pada pemilihan serentak 2024. Umi Dinda sendiri telah menjadi Bupati Bima selama 2 Periode.
Bupati Bima Indah Dhamayanti Putri. (Foto:Pelopor.id/Ist)
Indah Dhamayanti Putri juga salah satu Pengurus DPD partai Golkar yang berpotensi diusung partai tersebut. Sebab, rekan satu partainya H. Mohan Roliskana (HMR) yang menjabat sebagai ketua DPD Partai Golkar NTB, diprediksi bakal kembali bertarung untuk periode ke-2 di Pemilihan Walikota Mataram tahun 2024.
Jika pasangan ini didukung oleh dua Partai saja yakni Gerindra dan Golkar, sudah tentu memiliki mesin partai yang kuat hingga akar rumput. Raihan Kursi kedua partai tersebut merupakan yang tertinggi di NTB. Partai Golkar mendapat 10 Kursi, sedangkan Partai Gerindra berhasil mendekap 9 Kursi pada pemilihan Legislatif DPRD tahun 2019.
Kedua Partai ini, juga memiliki 7 Kader yang menjabat sebagai kepala daerah, dari total 10 Kabupaten yang ada di NTB. Bila Partai Gerindra memberikan dukungan kepada pasangan ini, otomatis mereka akan mendapat dukungan dari Bupati Lombok Tengah yang merupakan kader setia dari Partai yang dipimpin Menteri Pertahanan RI Prabowo Subianto itu.
H.M.Sukiman Azmy – Indah Dhamayanti Putri, berpotensi memenangkan suara masyarakat di wilayah Lombok Barat, Kota Mataram, Lombok Tengah, Lombok Timur, Dompu, Kobi dan Bima.
Keduanya, juga dinilai memiliki kekuatan dahsyat dalam mempengaruhi Birokrat di Lombok Timur dan Bima. Terlebih, Umi Dinda adalah ibu kandung dari Ketua DPRD Kabupaten Bima, Muhammad Putera Ferryandi.
Meski demikian, keduanya akan sejumlah tantangan dalam memenangkan pemilihan serentak 2024. Pasalnya, H.M. Sukiman Azmi, saat pesta demokrasi itu berlangsung tidak lagi menjabat sebagai pejabat publik.
Selain itu, jika ada pasangan calon lebih dari satu di daerah basis massa yang sama, maka suara akan terpecah. Seperti contohnya di Lombok Timur dimana H.M Sukiman Azmy bersinggungan dengan Sitti Rohmi Djalillah. Sebagai upaya meraih kemenangan, mesin partai perlu bahu-membahu memecah basis pemilih lawan, terutama yang ada di Pulau Sumbawa bagian Bima, Dompu dan Kota Bima.